Sabtu, 29 Mei 2010

LP Perinatologi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. DEFINISI
BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961) Klasifikasi BBLR Prematuritas murni Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi. Dismaturitas BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.
Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr sampai dengan 2499 gr.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (2002) asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia
kehamilan.



B. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW
1. Etiologi
a. Faktor ibu (resti).
b. faktor penyakit (toksimia gravidarum, trauma fisik).
c. faktor usia : < 20 tahun.
d. faktor ibu : riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma dan lain-lain.
e. Faktor janin : cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
f. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
g. Kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan, merokok

2. Manifestasi klinis
a. Prematuritas murni
1) BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
2) Masa gestasi < 37 minggu
3) Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
4) Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
5) Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
6) Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
7) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
8) Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
9) Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
10) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami apnea, otot masih hipotonik
11) Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna

b. Dismaturitas
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
2) Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
3) Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
4) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

c. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain
1) Hipotermia
2) Hipoglikemia
3) Gangguan cairan dan elektrolit
4) Hiperbilirubinemia
5) Sindroma gawat nafas
6) Paten duktus arteriosus
7) Infeksi
8) Perdarahan intraventrikuler
9) Apnea of Prematurity
10) Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain
1) Gangguan perkembangan
2) Gangguan pertumbuhan
3) Gangguan penglihatan (Retinopati)
4) Gangguan pendengaran
5) Penyakit paru kronis
6) Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7) Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

C. PENATALAKSANAAN
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yangn tepat

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain (3):
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

E. PENCEGAHAN
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting.
Hal-hal yang dapat dilakukan (3):
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
F. ASKEP PENGKAJIAN
1. Tanda-tanda anatomis
a) Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
b) Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
c) Pada bayi laki-laki testis belum turun.
d) Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol.
2. Tanda fisiologis
a) Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b) Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
1) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
2) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
3) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler.
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.






H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular Pola nafas efektif .
Kriteria Hasil :
• RR 30-60 x/mnt
• Sianosis (-)
• Sesak (-)
• Ronchi (-)
• Whezing (-) 1. Observasi pola Nafas.
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis.
4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
6. Beri O2 sesuai program dokter
7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.
2 Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh. Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
• Suhu 36-37 C.
• Kulit hangat.
• Sianosis (-)
• Ekstremitas hangat.  Observasi tanda-tanda vital.
 Tempatkan bayi pada incubator.
 Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
 Monitor tanda-tanda Hipertermi.
 Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
 Ganti pakaian setiap basah.
 Observasi adanya sianosis.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi) Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
• Suhu 36-37 C
• Tidak ada tanda-tanda infeksi.
• Leukosit 5.000 – 10.000  Kaji tanda-tanda infeksi.
 Isolasi bayi dengan bayi lain
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
 Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
 Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
 Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
 Kolaborasi dengan dokter.
 Berikan antibiotic sesuai program.
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna) Nutrisi terpenuhi setelah
Kriteria hasil :
• Reflek hisap dan menelan baik
• Muntah (-)
• Kembung (-)
• BAB lancar
• Berat badan meningkat 15 gr/hr
• Turgor elastis.  Observasi intake dan output.
 Observasi reflek hisap dan menelan.
 Beri minum sesuai program
 Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.
 Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
 Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
 Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
 Timbang BB setiap hari.



5 Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil :
• Suhu 36,5-37 C
• Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.
• Tanda-tanda infeksi (-)  Observasi vital sign.
 Observasi tekstur dan warna kulit.
 Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
 Jaga kebersihan kulit bayi.
 Ganti pakaian setiap basah.
 Jaga kebersihan tempat tidur.
 Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
 Monitor suhu dalam incubator.
6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis. Cemas berkurang
Kriteria hasil :
Orang tua tampak tenang
Orang tua tidak bertanya-tanya lagi.
Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.  Kaji tingkat pengetahuan orang tua
 Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
 Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
 Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
 Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

1 komentar:

  1. Salam Kenal dari Rekan Sejawat di Papua...! Blog-nya Bagus Bro...! Ditunggu Kunjungan Baliknya di http://keperawatanku.blogspot.com/

    BalasHapus